KOMPAS.com - Nenek moyang kita, punya penampilan fisik yang berbeda dari kita. Kamu mungkin pernah melihatnya di film atau di museum. Kita biasa menyebutnya sebagai manusia purba.
Manusia purba diperkirakan hidup di Kala Pleistosen. Pleistosen adalah era yang berlangsung 2.580.000 hingga 11.700 tahun yang lalu.
Era pleistosen dibagi lagi menjadi tiga yakni Pleistosen awal (lapisan bawah), Pleistosen tengah, dan Pleistosen akhir (lapisan atas).
Para peneliti menemukan berbagai fosil manusia yang hidup di masing-masing periode itu. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia:
Baca juga:
Manusia-manusia purba yang ditemukan di Indonesia kerap disebut sebagai Java man atau Manusia Jawa. Berikut penjelasannya:
Dikutip dari Manusia Purba di Indonesia (2019), Meganthropus pertama ditemukan oleh peneliti kelahiran Jerman-Belanda, Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald di Sangiran pada 1941.
Fosil itu dinamai "mega" karena ukurannya besar, paling besar dibanding fosil-fosil yang ditemukan sebelumnya.
Meganthtopus temuan von Koeningswald berasal dari masa Pleistosen awal (lapisan bawah). Meganthropus atau kerap disebut Manusia Sangiran, adalah manusia purba tertua yang ditemukan di Indonesia.
Baca juga:
Kemudian pada 1952, peneliti Marks juga menemukan fosil rahang bawah Meganthropus di Sangiran dari Pleistosen tengah.
Berdasarkan umur lapisan tanah tempat penemuan, diperkirakan fosil yang ditemukan itu berumur 1-2 juta tahun.
Meganthropus diperkirakan hidup dengan mengumpulkan makanan (food gathering). Makanan utamanya tumbuh-tumbuhan. Sebab, mereka belum mengenal api.
Berikut ciri-ciri Meganthropus:
Baca juga: Museum Purbakala Sangiran, Tempat Belajar Evolusi Manusia
Dalam genus manusia, spesies ini dinamai Meganthropus paleojavanicus, yang berarti manusia besar tertua yang berasal dari Jawa.
Namun banyak juga ahli yang kemudian mengklasifikasikannya sebagai Homo erectus paleojavanicus.
Fosil pertama Pithecanthropus ditemukan oleh Tjokrohandojo atau Andojo yang bekerja di bawah von Koeningswald.
Andojo menemukan fosil tengkorak anak-anak di Kepuhklagen, sebelah utara Mojokerto, Jawa Timur.
Andojo awalnya mengira tengkorak itu milik orangutan. Sehingga dinamai Pithecanthropus atau manusia kera.
Baca juga:
Namun von Koeningswald mengenali fosil itu sebagai tengkorak manusia purba.
Fosil tersebut berasal dari Pleistosen awal (lapisan bawah) dan dinamai Pithecanthropus mojokertensis. Jenis ini adalah Pithecanthropus yang tertua.
Berdasarkan umur lapisan tanah, yakni lapisan bawah dan tengah, diperkirakan Pithecanthropus hidup antara 30.000 sampai 2 juta tahun lalu.
Pithecanthropus hidup secara berkelompok. Mereka berburu, menangkap ikan, dan mengumpulkan makanan (hunting and food gathering).
Pithecanthropus sudah menggunakan alat untuk mencari makan. Alatnya sangat sederhana, yakni batu atau kayu yang ditemukan.
Beberapa contoh alat dari batu yang digunakan Pithecanthropus yakni kapak genggam, kapak perimbas, kapak penetak, pahat, genggam, dan alat-alat perih.
Baca juga:
Alat-alat ini banyak ditemukan di Pacitan, Jawa Timur.
Kendati sudah menggunakan alat, mereka belum mengolah atau memasak makanan.
Berikut ciri-ciri Pithecanthropus:
Baca juga:
Ada beberapa jenis Pithecanthropus di Indonesia yakni:
Berikut penjelasannya:
Gustav Heinrich Ralph von Koeningswald meneliti fosil tengkorak anak-anak yang ditemukannya di Jawa pada tahun 1938.
Anak Mojokerto, fosil anak-anak yang ditemykan Andojo dan von Koeningswald, awalnya diragukan.
Berdasarkan taju puting dan sendi rahang bawahnya, diperkirakan fosil itu meninggal ketika berusia 5-6 tahun.
Penemuan yang kontroversial ini menimbulkan perdebatan soal klasifikasi manusia purba.
Baca juga:
von Koeningswald pun mengubah nama spesies dari Pithecanthropus mojokertensis menjadi Homo mojokertensis.
Berikut ciri-ciri Pithecantropus mojokertensis:
Pithecanthropus erectus
Pithecanthropus erectus ditemukan oleh Eugène Dubois pada 1890 di Trinil, lembah di Bengawan Solo.
Berdasarkan lapisan tanah tempat fosil ditemukan, diperkirakan Pithecanthropus erectus hidup 1 juta-2 juta tahun yang lalu.
Baca juga:
Fosil yang ditemukan saat itu berupa tulang rahang, bagian atas tengkorak, geraham, dan tulang kaki.
Setelah dikonstruksi, terlihat spesies seperti kera, namun berdiri tegak sehingga dinamai Pithecanthropus erectus.
Ciri-ciri Pithecanthropus erectus yakni:
Pithecanthropus soloensis
Fosil manusia purba ini ditemukan von Koeningswald dan Openorth di Ngandong dan Sangiran, tepi Bengawan Solo antara 1931 sampai 1933.
Baca juga:
Fosil yang ditemukan berupa tengkorak dan tulang kering.
Dari lapisan tanah tempat fosil ditemukan, diperkirakan manusia purba jenis ini bertahan hidup sampai akhir Pleistosen tengah.
Manusia purba jenis homo merupakan manusia purba yang paling muda dibanding manusia jenis lainnya.
Jenis Homo kadang disebut sebagai Homo erectus (manusia tegak) atau Homo sapiens (manusia cerdas).
Berdasarkan usia lapisan tanah tempat fosil ditemukan, diperkirakan jenis Homo hidup 25.000 sampai 40.000 tahun lalu.
Ciri-ciri Homo yakni:
Baca juga:
Ada tiga jenis Homo yang pernah ditemukan di Indonesia yakni Homo soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis. Berikut penjelasannya:
Homo soloensis
Fosil ini ditemukan von Koeningswald dan Weidenrich pada 1931-1934 di lembah Bengawan Solo.
Temuannya berupa tengkorak. Dari volume otaknya, diperkirakan manusia jenis ini bukan lagi Pithecanthropus.
Homo wajakensis
Homo wajakensis adalah fosil manusia purba yang pertama ditemukan di Indonesia.
Fosilnya pertama ditemukan oleh insinyur pertambangan Belanda, BD van Rietschoten.
Van Rietschoten menemukannya pada 1888-1889 di daerah Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur pada 1889.
Baca juga:
Setahun kemudian, Eugène Dubois menemukan fosil kedua di lokasi yang sama.
Manusia jenis ini sudah mampu membuat alat-alat dari batu dan tulang. Mereka juga sudah bisa memasak makanannya.
Rekonstruksi wajah spesies manusia purba Homo floresiensis
Dikutip dari Encyclopaedia Britannica (2015), pada tahun 2004, kerangka manusia purba berjenis kelamin wanita dan beberapa kerangka lainnya ditemukan di Gua Liang Bua, Flores.
Homo floresiensis merupakan keturunan Homo erectus, manusia tegak yang merupakan nenek moyang manusia modern.
Manusia purba jenis ini terbilang pendek, dengan tinggi diperkirakan sekitar 100 sentimeter.
Tangannya panjang. Kapasitas kepalanya 380 cc, seperti simpanse. Tulangnya rapuh, dengan wajah datar, tidak menonjol.
Baca juga:
Manusia purba ini mirip hobbit, ras manusia karangan JRR Tolkien dalam film Lord of the Ring dan The Hobbit.
Para ilmuwan menduga Homo floresiensis cebol karena pengaruh lingkungan. Posisi mereka yang terkurung di Pulau Flores selama ribuan tahun membuat keturunan mereka makin lama makin kecil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.