优游国际

KOMPAS.com - Sisa-sisa pembakaran dan dua tongkat aneh berusia 12.000 tahun yang ditemukan di dalam gua terpencil di Australia selatan disebut peneliti menjadi bukti ritual budaya tertua di dunia.

Dalam studi baru, artefak yang dianalisis dengan menggunakan analisis ilmiah dan sejarah lisan Aborigin kemungkinan dipakai dalam mantra ritual untuk menyakiti orang lain.

Baca juga: Bukti Awal Ritual Penguburan yang Dilakukan Manusia

Temuan tersebut disimpulkan setelah tim arkeolog dan anggota komunitas Pribumi bernama GunaiKurnai dari Australia melakukan penggalian di gua Cloggs antara tahun 2019 dan 2020.

Seperti dikutip dari New Scientist, Selasa (2/7/2024) sebagian situs tersebut telah digali pada tahun 1970-an. Namun selama penggalian baru tersebut tim menemukan dua sisa perapian serta artefak yang belum terbakar, terbuat dari kayu pohon Casuarina.

Analisis kimia mengungkapkan artefak tersebut diolesi dengan lemak hewan dan berumur antara 11.000 hingga 12.000 tahun yang lalu.

Ternyata artefak tersebut mirip dengan ritual yang dilakukan oleh Gunaikurnai dan didokumentasikan pada abad ke-19.

Gunaikurnai merupakan kelompok masyarakat adat yang tinggal di pantai selatan Australia.

Lebih lanjut, dokumentasi abad ke-19 itu dibuat oleh antropolog abad ke-19 bernama Alfred Howitt.

Ia menulis penjelasan secara rinci tentang upacara yang melibatkan pengolesan benda kayu dengan lemak manusia atau hewan dan kemudian melemparkannya ke dalam api ritual.

Dia memahami ritual tersebut digunakan untuk melawan musuh atau seseorang yang ingin dicelakai oleh pelaku ritual tersebut.

Baca juga: Kapan Australia Menjadi Benua?

Kesamaan antara studi baru dan catatan etnografi Howitt itu kemudian telah meyakinkan peneliti bahwa itu merupakan ritual yang sama dan telah dipraktikkan dari 12.000 tahun yang lalu, menjadikannya sebagai ritual budaya tertua yang diketahui dunia.

Keyakinan akan hubungan tersebut juga didukung dengan kesamaan jenis kayu serta lemak yang dioleskan pada tongkat.

"Hal ini memperkuat adanya tradisi lisan, pengetahuan serta transfer pengetahuan tersebut dari generasi ke generasi," kata Russell Mullett, seorang tetua GunaiKurnai.

Studi ini dipublikasikan di Nature Human Behaviour.