KOMPAS.com - Infeksi subvarian Delta, AY.4.2 atau yang kerap disebut varian Delta Plus yang menyebar di Inggris tampaknya cenderung tidak bergejala atau menyebabkan lebih sedikit gejala Covid-19.
Hal itu diungkapkan dalam studi yang dilakukan para peneliti di Imperial College London REACT-1 dan hasilnya telah dirilis, Kamis (18/11/2021).
Dilansir dari Reuters, para peneliti menemukan bahwa subvarian Delta tersebut telah berkembang menjadi hampir 12 persen dari sampel yang diurutkan.
Akan tetapi, dari angka tersebut, hanya sepertiga yang memiliki gejala Covid-19 yang klasik, dibandingkan pada hampir satu setengah dari mereka dengan garis keturunan varian Delta yang mendominasi saat ini, yakni varian AY.4.
Baca juga: Varian Delta Plus Adalah Bagian Mutasi Alamiah SARS-CoV-2, Ini Kata Pakar UGM
Artinya, subvarian Delta atau varian Delta Plus yang berkembang di Inggris cenderung tidak mengarah pada infeksi Covid-19 bergejala.
Berdasarkan survei prevalensi virus corona menemukan, bahwa dari keseluruhan kasus Covid-19 telah turun dari puncaknya pada Oktober lalu.
Dalam studi ini, dua pertiga orang dengan varian AY.4.2 memiliki beberapa gejala yang lebih sedikit, jika dibandingkan dengan lebih dari tiga perempat orang yang terinfeksi varian Delta, AY.4.
Varian AY.4.2 atau varian Delta Plus di Inggris ini dianggap sedikit lebih menular, tetapi belum terbukti dapat menyebabkan infeksi Covid-19 yang lebih parah maupun memiliki kemampuan menghindari kekebalan yang dibentuk oleh vaksin Covid-19.
Baca juga: Berikut 5 Fakta Varian Delta Plus yang Sudah Masuk Malaysia