KOMPAS.com - Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bisa suntik vaksin Covid-19, justru harus melakukannya. Terlepas dari simpang siur terkait hal ini, penting mengingat bahwa manfaat dari semua vaksin Covid-19 resmi lebih besar daripada potensi risikonya
Hal ini disampaikan oleh Ayu Oktariani, Koordinator Nasional Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) dalam acara 优游国际 Talks bertajuk "Strategi Daerah Hadapi AIDS Selama Pandemi" yang dilakukan Kamis, (22/7/2021).
Dalam survei yang dilakukan oleh Jaringan Indonesia Positive dengan responden komunitas HIV serta Jaringan Nasional HIV di Indonesia ditemukan ada 4 poin penting, salah satunya tentang akses vaksin bagi ODHA
Baca juga: Kabar Baik, Vaksin HIV Buatan Oxford Memasuki Uji Coba Klinis Tahap 1
Survei ini melibatkan 1.137 responden dengan rentang usia 25-49 tahun, yang sebagian besar merupakan usia produktif berusia 30-39 tahun (41,3 persen).
Dari total responden tersebut, 70,1 persen merupakan laki-laki, 26,2 persen perempuan, dan 3,7 persen masuk kategori lainnya (transgender dan memilih tidak menjawab).
"Responden yang mengisi surveinya, 98,5 persen adalah orang yang hidup dengan HIV. Sementara pada kelompok populasi, sebagian adalah laki-laki teman-teman gay (38,2 persen) dan populasi umum (31,4 persen)," kata Ayu.
99,3 persen dari total responden yang terlibat dalam survei mengatakan, mereka dalam terapi (ARV).
Dilansir dari laman spiritia.or.id, terapi antiretroviral (ART) berarti mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat. Karena HIV adalah retrovirus, obat ini biasa disebut sebagai obat antiretroviral (ARV).
ARV tidak membunuh virus itu. Namun, ART dapat melambatkan pertumbuhan virus. Waktu pertumbuhan virus dilambatkan, begitu juga penyakit HIV.
"Ketika ditanyakan apakah responden bersedia menerima vaksin Covid-19, senang sekali 86,5 persen teman-teman (dengan HIV) bersedia menerima vaksin, meskipun masih ada 13,5 persen yang tidak bersedia divaksin," ungkap Ayu.
Dari total responden yang bersedia mendapat vaksin, 48,9 persen responden sudah menerima vaksin, 44,9 pesen belum dan tidak memiliki jadwal vaksin, sementara 6 persen lainnya belum vaksin tapi sudah menerima jadwal vaksin.
Dari data tersebut tampak bahwa lebih dari setengah responden yang bersedia sudah divaksin dan setengahnya lagi belum divaksin.
Ayu mengatakan, sebagian besar ODHA yang sudah divaksin tidak mengalami gejala berat. Hanya sekitar 3,3 persen yang mengaku mengalami gejala berat.
Dari data yang dipaparkan Ayu juga tampak bahwa masih ada 164 orang atau 14,4 persen responden yang belum vaksin karena khawatir dengan riwayat penyakit penyerta yang dimilikinya.
"Karena ini bentuknya survei, bukan fgd (forum group discussion) yang digali mendalam. Ada kekhawatiran dari teman-teman yang melakukan survei, teman-teman dengan HIV ini belum memahami bahwa HIV bukan penyakit penyerta," ungkapnya.