KOMPAS.com - Foto kilatan cahaya di atas puncak Gunung Merapi yang ditangkap pada Kamis (27/5/2021) viral di dunia maya. Lapan menduga kuat, cahaya itu berasal dari hujan meteor.
Bagaimana proses pembentukan meteor hingga bisa masuk ke Bumi menjadi salah satu berita populer Sains 优游国际.com edisi Minggu (30/5/2021) hingga Senin (31/5/2021).
Selain proses pembentukan meteor, temuan baru menyatakan bahwa alat digital dapat membantu menurunkan berat badan.
Namun di sisi lain, ada 7 kebiasaan yang bisa menggagalkan diet menurunkan berat badan. Alih-alih timbangan bergerak ke kiri, ini justru ke kanan.
Baca juga: [POPULER SAINS] Potensi Tsunami Jawa Timur Tinggi Maksimum 29 Meter | Meteor Jatuh di Puncak Merapi
Berikut ulasannya:
Lembaga Penerbangan dan Anatriksa Nasional (Lapan) mengatakan, foto viral kilatan cahaya yang diduga meteor jatuh di puncak Gunung Merapi berasal dari hujan meteor.
Untuk diketahui, Kamis malam kemarin terdapat dua fenomena hujan meteor. - Pertama, hujan meteor Eta Aquarid (031 ETA) yang mulai aktif pada 19 April-28 Mei 2021. Kedua, hujan meteor Arietid (171 ARI) yang aktif pada 14 Mei-24 Juni 2021.
Peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan Sains dan Antariksa Nasional (Lapan), Andi Pangerang Hasanuddin dalam laman edukasi sains Lapan mengatakan, terjadinya hujan meteor dapat disebabkan oleh 3 hal, antara lain:
Sementara untuk proses terjadinya hujan meteor ada 4, selengkapnya baca di sini:
Meteor Jatuh di Gunung Merapi, Begini Proses Terjadinya Hujan Meteor
Menurunkan berat badan sebenarnya tidak pernah sesederhana makan lebih sedikit, memilih diet atau pola makan yang berbeda, atau sekadar memutuskan untuk berolahraga lebih banyak.
Anda perlu mengombinasikan ketiga hal tersebut, ditambah dengan disiplin diri yang kuat, bahkan termasuk dukungan dari teman dan keluarga. Itu pun tak menjamin semua pelaku diet berhasil mencapai penurunan berat badan sesuai keinginannya.
Menurut penelitian yang terbit di jurnal Obesity, alat digital dapat membantu keberhasilan menurunkan berat badan.