PANGKALPINANG, KOMPAS.com - Kelenteng Kwan Tie Miau di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung (Babel), menjadi salah satu tempat ibadah yang direvitalisasi polisi dalam rangkaian ulang tahun Bhayangkara ke-77.
Kelenteng yang berlokasi di pusat kota, tepatnya di kawasan pusat perbelanjaan Bangka Trade Center (BTC) ini merupakan situs bersejarah yang dibangun sejak zaman Belanda.
Baca juga: Melongok Santa Maria de Fatima, Bangunan Gereja Unik Mirip Klenteng
Revitalisasi yang dilakukan pada kelenteng dalam bentuk penataan kawasan, pengelolaan sarana kebersihan sebagai tempat ibadah dan sentra perekonomian warga.
"Kami merevitalisasi Kelenteng Kwan Tie Miau berupa sistem pengamanan, membantu usaha mikro kecil menengah di sekitarnya, memberikan peralatan kebersihan dan lainnya," kata Kepala Polda Bangka Belitung Irjen Yan Sultra saat doa lintas agama yang digelar di halaman kelenteng, Jumat (30/6/2023).
Yan menuturkan, keberagaman di Bangka Belitung telah terjaga sejak lama. Masyarakat hidup berdampingan dengan berbagai suku dan agama. Bahkan tempat ibadah beda agama banyak yang dibangun berdekatan.
Baca juga: Jokowi Lapor ke Polda Metro soal Polemik Ijazah Palsu, Mahfud MD: Itu Hak tapi...
Sejarawan Pangkalpinang Akhmad Elvian mengatakan, Kelenteng Kwan Tie Miau diperkirakan mulai dibangun pada tahun 1841 Masehi. Ini dapat dilihat dari angka tahun aksara Cina pada satu lonceng di kelenteng.
Kemudian pembangunan selesai dan dilakukan peresmian pada tahun 1846 masehi.
Baca juga:
Tahun peresmian diketahui dari papan ucapan selamat dari beberapa perkumpulan kongsi penambangan timah yang menyebutkan pada hari baik bulan baik tahun ke-26 Daoguang yang bertepatan dengan tahun 1846 Masehi.
Jika dihitung sejak mulai pembangunan hingga saat ini, Kelenteng Kwan Tie Miau telah berusia selama 182 tahun.
Menurut Elvian, kedatangan orang-orang dari China ke Pulau Bangka sejak masa Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikromo (Tahun 1724-1757 Masehi) dan masa Sultan Ahmad Najamuddin I Adikusumo (Tahun 1757-1776 Masehi) hingga masa kolonial Belanda.
Baca juga: Kisah Penerbangan Saudia 163: Saat Pintu Dibuka di Bandara, 301 Penumpang Ditemukan Sudah Tewas
"Di samping untuk bekerja sebagai penambang timah, mereka juga membawa agama dan kepercayaan serta budaya asli dari tempat asalnya," ujar Elvian.
Ada pun pemugaran pertama pada tahun 1986 dilakukan akibat adanya pelebaran Jalan Mayor Muhidin sehingga pekarangan depan kelenteng, pintu dan tembok depan mundur beberapa meter dari asalnya.
Baca juga: Mahfud MD Merasa Jokowi Berubah pada April 2022: Mulai Lihat Pembelokan...
Kelenteng dengan arsitektur khas Tionghoa ini didominasi warna merah dan kuning. Memiliki lonceng besi dan hiasan buah labu (gourd) serta pada puncak kelenteng bagian tengah terdapat lingkaran hitam putih sebagai simbol keseimbangan (ying dan yang).
Selanjutnya ada patkwa (pakua) yang melambangkan keberuntungan, rejeki, dan kebahagiaan. Kedua simbol tersebut sebagai ciri Taoisme.
Pada masa Orde Baru, kelenteng sempat berubah nama menjadi Kelenteng Amal Bakti. Kemudian setelah reformasi dikembalikan lagi menjadi Kwan Tie Miau.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.