KOMPAS.com - Imlek atau Tahun Baru China merupakan tradisi penting yang dirayakan masyarakat Tionghoa di seluruh dunia.
Lebih dari sekadar perayaan budaya, Imlek memiliki akar yang kuat dalam agama Khonghucu dan sejarah panjang penuh makna.
Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai sejarah, makna, dan tradisi perayaan Imlek yang menjadi salah satu hari raya agama Khonghucu.
Baca juga: Tanggal dan Shio Tahun Baru Imlek 2025
Imlek adalah perayaan tahun baru berdasarkan kalender lunar yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa.
Dalam Kalender Gregorian, tanggal Imlek bervariasi setiap tahunnya, biasanya jatuh antara 21 Januari hingga 20 Februari.
Imlek juga dikenal sebagai "Sin Cia" atau "Festival Musim Semi," menandai pergantian musim dari dingin ke semi.
Di Indonesia, Imlek memiliki status khusus.
Penetapan Imlek sebagai hari besar nasional dimulai dari Penetapan Pemerintah No. 2 Tahun 1946.
Namun, pada era Orde Baru, perayaan ini sempat dilarang hingga akhirnya Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut larangan tersebut pada tahun 2000.
Sejarah Imlek berawal dari tradisi masyarakat agraris di Tiongkok kuno.
Para petani merayakan pergantian musim dari dingin ke semi sebagai bentuk syukur atas panen yang telah diterima dan harapan untuk hasil yang lebih baik di tahun mendatang.
Nelayan juga menggunakan perubahan musim ini untuk menentukan waktu melaut.
Masyarakat Tionghoa zaman dahulu memiliki kebiasaan mengucapkan "Sin Cin Kiong Hi" atau "Selamat Musim Semi Baru" sebagai bagian dari tradisi ini.
Dari sinilah istilah "Festival Musim Semi" mulai dikenal.
Versi lain dari asal-usul Imlek adalah kaitannya dengan perayaan lahirnya Giok Hong Sian Tee, seorang raja yang dianggap sebagai titisan dewa tertinggi dalam kepercayaan Tionghoa.