KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengontak Dede Sulaeman, guru olahraga yang kontennya mengajarkan anak menyetrika viral di TikTok miliknya @de.desul.
Dedi menilai apa yang dilakukan Dede inovatif di saat banyak guru olahraga dan kesehatan protes karena imbauan darinya tidak menggiring anak-anak ke kolam renang.
“Sehingga sampai ada yang berenang-berenang di atas meja, berenang di atas lantai, dan itu menurut saya sikap-sikap yang tidak mencerminkan sebagai sosok seorang guru yang inovatif. Nah kalau Bapak, kok guru olahraga ngajarinnya nyetrika, gimana ceritanya?” tanya Dedi kepada Dede Sulaeman dikutip dari akun Instagram @dedimulyadi71, Jumat (28/2/2025).
Baca juga: Larangan Study Tour, Dedi Mulyadi: Simak, biar Tidak Gagal Paham Lagi
Ditanya seperti itu, Dede menceritakan bahwa dirinya guru olahraga dan kesehatan. Dalam kurikulum yang berlaku, ada muatan tentang pendidikan kesehatan.
“Salah satu yang diberikan oleh saya kepada anak-anak itu adalah bagaimana menjaga kebersihan pakaian, Pak,” tutur Dede.
“Oh, jadi yang disebut dengan pendidikan jasmani itu bukan hanya sekadar anak-anak main senam, renang, tetapi menjaga kebersihan tubuh dari mulai mandi. Bagaimana kebersihan diri dari mulai menyikat gigi, gunting kuku kemudian pakaian harus dicuci kemudian disetrika itu teh bagian dari kesehatan ya?” tanya Dedi.
Baca juga: Kades Gunung Menyan Viral karena Video Nasi Kotak, Gubernur Dedi Mulyadi Beri Teguran
Sang guru membenarkan hal tersebut. Anak-anak, sambung Dede, harus mengetahui bagaimana proses pakaian yang mereka pakai.
Dari mulai pakaian kotor jadi bersih, itu ada tahapannya. Mereka kemudian mempraktikkannya langsung untuk mengetahui caranya.
Dedi kemudian bertanya apakah anak-anak diajarkan cara menjaga kebersihan di ruang kelas. Misalnya menyimpan sampah, mengepel ruangan, hingga anak di ruang kelas tidak menggunakan sepatu agar tidak kotor.
“Iya, Pak. Materi seperti itu memang termuat juga di PJOK. Salah satunya menjaga kebersihan lingkungan,” tutur Dede.
“Oh, kenapa Bapak tidak kayak orang lain, anak-anak harus ke tempat renang kemudian tiketnya dikolektifkan?” tanya Dedi.
“Kebetulan di tempat saya mah banyak villa. Paling jalan kaki udah ada kolam cuma Rp 2.000. Mereka datang masing-masing aja gitu,” jawab Dede.
“Oh gitu. Nah, kalau pelajaran renang menjadi pelajaran wajib enggak di sekolah? Kita memang kalau tidak renang tidak naik kelas atau tidak lulus atau (nilai) PJOK-nya menjadi empat begitu?” tanya Dedi.
Dede menjawab, sebenarnya di dalam kurikulum, pelajaran berenang itu hanya pilihan. Jika tempatnya tidak ada, materi itu sebaiknya bukan menjadi materi utama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.