MANDALAY, KOMPAS.com - Tim penyelamat yang berusaha mencari korban selamat usai gempa Myanmar kini mulai kewalahan tiga hari pasca-gempa. Pasalnya, suhu di negara tersebut bisa mencapai 40 derajat Celsius.
Selain itu, masyarakat juga masih takut untuk kembali ke rumahnya dan memilih untuk tetap berada di luar atau di tenda darurat.
Diketahui, gempa dahsyat itu telah menewaskan sedikitnya 1.700 orang di Myanmar dan beberapa orang juga menjadi korban di Thailand.
Dengan suhu 40 derajat itu, panas menyengat telah membuat petugas penyelamat kelelahan dan mempercepat pembusukan tubuh korban yang meninggal yang dapat mempersulit identifikasi.
Apalagi, kejadian menyedihkan terjadi di gedung apartemen yang runtuh di kota terbesar kedua di Myanmar pada Minggu (30/3/2025) malam.
Yakni ketika tim penyelamat mengira mereka telah menyelamatkan nyawa seorang perempuan hamil yang terperangkap di bawah reruntuhan selama lebih dari 55 jam.
Mereka terpaksa mengamputasi kakinya agar dapat mengeluarkan dari reruntuhan, tetapi setelah menariknya keluar, dia dinyatakan meninggal.
"Kami mencoba segalanya untuk menyelamatkannya," kata salah satu petugas medis, tetapi dia telah kehilangan terlalu banyak darah akibat amputasi.
Baca juga: Gempa Bumi M 7,1 Guncang Dekat Tonga yang Disertai Tsunami
Sebagaimana diberitakan AFP, umat Muslim berkumpul di dekat masjid yang hancur di kota itu pada Senin pagi untuk melaksanakan salat Idul Fitri pertama, hari raya setelah bulan puasa Ramadhan.
Pemakaman ratusan korban juga diperkirakan akan dilaksanakan pada Senin hari ini.
Gempa berkekuatan magnitudo 7,7 pertama terjadi di dekat Mandalay pada Jumat sore, diikuti beberapa menit kemudian oleh gempa susulan berkekuatan M 6,7.
Gempa tersebut meruntuhkan bangunan, merobohkan jembatan, dan membuat jalan tertekuk, dengan beberapa kerusakan terburuk terlihat di Myanmar bagian tengah.
Sedangkan gempa susulan terus terasa di Mandalay selama akhir pekan, memaksa penduduk untuk mengungsi ke jalanan karena merasa panik dan trauma.
Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah meluncurkan permohonan darurat pada Minggu untuk lebih dari 100 juta dollar (Rp 1,6 triliun) guna membantu para korban.
Jaringan kemanusiaan terbesar di dunia mengatakan kebutuhan meningkat setiap jam karena meningkatnya suhu dan musim hujan yang mendekat meningkatkan risiko "krisis sekunder".
Baca juga: Video Perlihatkan 2 Perawat Melindungi Bayi Saat Gempa Myanmar Guncang China
Tantangan yang dihadapi negara Asia Tenggara berpenduduk lebih dari 50 juta orang itu sangat besar bahkan sebelum gempa bumi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.