GAZA, KOMPAS.com - Di Jalur Gaza utara, warga Palestina mengeluhkan kekurangan pangan dan harga bahan makanan yang melambung tinggi.
Abu Mustafa termasuk yang menghadapinya.
Kelaparan yang disebabkan oleh perang sejak Oktober 2023 lalu bahkan telah membuatnya kehilangan berat badan lebih dari 25 kg.
Baca juga: Perancis-Yordania Desak Israel Cabut Pembatasan Bantuan ke Gaza
"Hanya ada tepung dan makanan kaleng, tidak ada yang lain untuk dimakan, tidak ada sayuran, tidak ada daging, dan tidak ada susu. Berat badan saya turun lebih dari 25 kilogram," kata Abu Mustafa, yang tinggal di Kota Gaza bersama keluarganya, sebagaimana dilansir Reuters pada Rabu (26/6/2024).
Bukannya usai, penderitaan Abu justru bertambah baru-baru ini. Rumahnya dihantam oleh tank Israel pada pekan lalu.
Serangan tersebut telah menghancurkan sebagian besar lantai atas, sehingga memaksa Abu dan keluarganya tinggal di lantai bawah.
"Tidak ada tempat yang aman di Gaza," katanya.
Ia menyebut, selain pengeboman, ada perang Israel lainnya yang terjadi di Gaza utara, yaitu kelaparan.
"Orang-orang bertemu di jalan dan banyak yang tidak bisa mengenali satu sama lain karena berat badan mereka turun drastis dan terlihat lebih tua," kata Abu Mustafa kepada Reuters melalui aplikasi chatting.
Gaza bagaimanapun masih berisiko tinggi mengalami kelaparan.
Baca juga: PM Israel: Perang di Gaza akan Mereda
Bantuan kemanusiaan tak bisa masuk dengan lancar.
Menurut pembaruan dari Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), lebih dari 495.000 orang di seluruh Jalur Gaza menghadapi tingkat kerawanan pangan yang paling parah atau "bencana".
Angka tersebut turun dari perkiraan 1,1 juta pada pembaruan sebelumnya tiga bulan lalu, namun masih lebih dari seperlima populasi Gaza.
Sementara itu, pasukan Israel dilaporkan telah menggempur beberapa daerah di Gaza pada Rabu.
Penduduk salah satunya mengabarkan pertempuran sengit terjadi di Rafah pada Selasa (25/6/2024) malam.