GUANGZHOU, KOMPAS.com - Krisis Evergrande coba diatasi dengan membatalkan kontrak pembangunan stadion sepak bola di Guangzhou, untuk mendapatkan pengembalian dana 5,52 miliar yuan (Rp 12,2 triliun).
Evergrande yang merupakan perusahaan raksasa properti China saat ini sedang berupaya melakukan restrukturisasi setelah terlilit utang 300 miliar dollar AS (Rp 4,48 kuadriliun).
Pekan lalu, Evergrande gagal memenuhi tenggat waktu yang ditentukan sendiri untuk menerbitkan proposal restrukturisasi awal, meskip mengatakan sudah membuat kemajuan positif.
Baca juga: Anak Perusahaan Evergrande Gagal Bayar Utang, Harus Serahkan Jaminan Rp 16 Triliun
Dalam pengajuan ke bursa saham Hong Kong pada Kamis (4/8/2022) malam, Evergrande berujar, "Masalah likuiditas kelompok ini memengaruhi perkembangan dan konstruksi (di Guangzhou)".
Evergrande pada 2020 menandatangani kontrak dengan otoritas kota Guangzhou untuk penggunaan tanah yang ditujukan sebagai sarana olahraga dan industri.
Kontrak tersebut memungkinkan penggunaan komersial dan olahraga di tanah itu selama 40 tahun, serta bisnis lainnya selama 50 tahun, kata dokumen pengajuan yang dikutip kantor berita AFP.
Evergrande sudah memulai konstruksinya, termasuk pembangunan Guangzhou Evergrande Football Stadium, yang direncanakan memiliki setidaknya 80.000 kursi.
Pengembalian dana akan masuk ke rekening eskro proyek yang ditunjuk oleh pemerintah dan akan digunakan untuk melunasi utang yang berkaitan dengan kesepakatan, kata Evergrande.
"Diperkirakan grup perusahaan akan mencatat kerugian sekitar 1,255 miliar" yuan (Rp 2,77 triliun) atas total nilai tanah bersama dengan bangunan, struktur, dan barang-barang lainnya di lokasi setelah dikurangi pengembalian uang, ungkap Evergrande.
Baca juga:
Akibat krisis Evergrande, pemain besar di bisnis properti China itu mulai melepas aset-asetnya dalam beberapa bulan terakhir. Bosnya yaitu Hui Ka Yan bahkan melunasi sebagian utang perusahaan menggunakan kekayaan pribadi.
Evergrande juga dilaporkan sudah menemukan pembeli potensial untuk kantor pusatnya di Hong Kong.
Persoalan Evergrande menjadi simbol krisis properti China. Perusahaan-perusahaan kecil juga gagal membayar pinjaman dan yang lainnya berjuang mencari uang tunai.
Pengembang yang kekurangan uang semakin kesulitan untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, memicu boikot hipotek dari pembeli rumah yang marah di banyak kota.
Baca juga: Penyebab Krisis Properti di China dan Kenapa Bisa Bahayakan Dunia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.