NEW YORK, KOMPAS.com - Remaja pria bersenjata yang dituduh melakukan penembakan massal di Buffalo Amerika Serikat (AS), hingga menewaskan 10 orang di sebuah supermarket dekat New York, telah didakwa dengan terorisme domestik.
Jaksa menuduh Payton Gendron yang berusia 18 tahun, yang sebelumnya mengaku tidak bersalah, melakukan kerasan bersenjata yang dimotivasi oleh kebencian rasial.
Baca juga: Penembakan di RS Kampus St Francis Tulsa AS, 5 Orang Termasuk Pelaku Tewas
Tersangka, yang menggambarkan dirinya sebagai supremasi kulit putih, dituduh menembak total 13 orang selama insiden penembakan massal di Buffalo AS bulan lalu, dengan korban hampir semuanya berkulit hitam.
Dia juga akan menghadapi 10 dakwaan pembunuhan tingkat pertama yang terpisah.
Tuduhan terorisme domestik yang diajukan pada Rabu (1/6/2022) menuduh tersangka membunuh "karena ras dan/atau warna kulit" korbannya.
Selain itu, dia juga dikenakan 25 dakwaan termasuk beberapa tuduhan pembunuhan dan percobaan pembunuhan sebagai kejahatan rasial, serta tuduhan kepemilikan senjata menurut laporan AFP.
Sepuluh orang tewas dan tiga terluka dalam penembakan Sabtu (14/5/2022), setelah tersangka dituduh mengemudi lebih dari 320 km (200 mil) ke lingkungan yang didominasi kulit hitam di Buffalo, kota terbesar kedua di New York.
Baca juga: Penembakan Massal di Buffalo AS, 10 Orang Tewas, Diduga Bermotif Rasial
Setelah serangan itu, Wali Kota Byron Brown mengatakan tersangka telah melakukan perjalanan ke sana dengan tujuan khusus untuk mengakhiri "sebanyak mungkin nyawa orang kulit hitam".
Sebuah dokumen setebal 180 halaman yang tampaknya ditulis oleh tersangka penyerang telah muncul. Isinya menggambarkan dirinya sebagai seorang fasis dan supremasi kulit putih.
Remaja bersenjata itu, mengenakan perlengkapan militer, melaju ke tempat parkir di Tops Friendly Market dan mulai menyiarkan langsung penembakan itu.
Seorang penjaga keamanan melepaskan beberapa tembakan ke arah penyerang, tetapi polisi mengatakan dia dilindungi oleh rompi antipeluru.
Pria bersenjata itu dituduh membunuh penjaga sebelum melanjutkan serangannya. Semua dari 10 orang yang terbunuh itu berkulit hitam.
Di antara mereka yang ditembak mati, yang berusia antara 32 hingga 86 tahun, adalah seorang pria yang membeli cupcakes untuk ulang tahun putranya, dan seorang wanita yang pergi berbelanja setelah mengunjungi suaminya di panti jompo.
Baca juga: [KABAR DUNIA SEPEKAN] Penembakan SD di Texas | Anak Ridwan Kamil Hilang di Sungai Aare Swiss
Secara terpisah, jaksa tinggi negara bagian New York sedang menyelidiki apakah ada kemungkinan peranan perusahaan media sosial dalam serangan itu.
Hal itu termasuk pembiaran soal konten siaran langsung, mempromosikannya, atau membiarkan aksi itu terencana melalui platform mereka.