JENEWA, KOMPAS.com - WHO menyebut dunia berada di ambang "bencana moral" dalam berbagi vaksin Covid-19, pada Senin (18/1/2021), mendesak negara dan produsen untuk menyebarkan dosis secara lebih adil ke seluruh dunia.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan proyeksi distribusi adil berada dalam "risiko serius", seperti skema pembagian vaksin Covax yang ditargetkan akan mulai mendistribusikan suntikan bulan depan.
Melansir Reuters pada Senin (18/1/2021), Tedros mencatat 44 kesepakatan bilateral telah ditandatangani tahun lalu dan setidaknya 12 telah ditandatangani tahun ini.
Baca juga: China Bagi-bagi Vaksin Corona Gratis, Filipina Akan Dapat 500.000 Dosis
"Ini dapat menunda pendistribusian Covax dan menciptakan skenario yang sebenarnya dihindari Covax, yaitu penimbunan, pasar yang kacau, sebuah respons yang tidak terkoordinasi serta gangguan sosial dan ekonomi berkelanjutan," paparnya.
"Pendekatan saya duluan", seperti itu membuat orang-orang termiskin dan paling rentan di dunia dalam risiko, katanya pada pembukaan pertemuan virtual Dewan Eksekutif tahunan WHO.
“Pada akhirnya tindakan ini hanya akan memperpanjang pandemi,” ucapnya.
Baca juga: India Gunakan Vaksin Covid-19 Dalam Negeri untuk Vaksinasi Massal Mulai Juli
Selanjutnya, ia mendesak negara-negara untuk menghindari kesalahan yang sama yang dibuat selama pandemi H1N1 dan HIV.
Perebutan global untuk pengambilan suntikan vaksin Covid-19 telah meningkat ketika varian baru virus corona yang lebih menular beredar.
Tedros mengatakan lebih dari 39 juta dosis vaksin virus corona telah diberikan di 49 negara berpenghasilan tinggi, sedangkan hanya 25 dosis telah diberikan di satu negara miskin.
Baca juga: Tahanan Palestina Dapat Vaksin Covid-19 di Penjara Israel
Seorang delegasi dari Burkina Faso, atas nama kelompok Afrika, menyatakan keprihatinan pada pertemuan tersebut bahwa beberapa negara telah “menyedot” sebagian besar persediaan vaksin Covid-19.
Para pengamat mengatakan bahwa pertemuan dewan tersebut, yang berlangsung hingga Selasa depan, adalah salah satu yang paling penting dalam sejarah badan kesehatan PBB lebih dari 70 tahun.
Selain itu, dapat membentuk perannya dalam kesehatan global dalam jangka waktu lama hingga setelah pandemi berakhir.
Baca juga: Turki Dituduh “Korbankan” Muslim Uighur demi Vaksin Covid-19
Agendanya adalah reformasi WHO serta sistem pembiayaannya, yang dinyatakan tidak memadai setelah donor terbesarnya, Amerika Serikat, mengumumkan penarikan diri pada 2020.
"WHO harus tetap relevan dan...harus keluar dari krisis ini dengan kekuatan lebih dari sebelumnya," kata Wakil Ketua Dewan Eksekutif WHO Bjoern Kuemmel dari Jerman dalam komentarnya pekan lalu.
Namun, dia mengharapkan resistensi dari beberapa negara terhadap tekanan untuk mendongkrak kontribusi keuangan WHO.
Baca juga: 2,1 Juta Vaksin Covid-19 Pfizer Akan Tersedia untuk Lebanon
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.