MANILA, KOMPAS.com - Lembaga survei Social Weather Stations mencatat, jumlah orang yang mengalami kelaparan telah mencapai rekor tertinggi selama pandemi virus corona di Filipina.
Melansir AFP pada Rabu (9/12/2020), survei September menunjukkan, dalam tiga bulan sebelumnya hampir 7,6 juta rumah tangga (sepertiga keluarga) di negara tidak memiliki cukup makanan setidaknya sekali sehari.
Di antara mereka, ada 2,2 juta keluarga yang mengalami kelaparan parah. Jumlah itu adalah yang tertinggi yang pernah ada, membalikkan tren penurunan sejak 2012.
Angka tersebut telah meningkat sejak Mei, dua bulan setelah negara itu menerapkan penguncian wilayah secara ketat (lockdown).
Pembatasan wilayah telah dilonggarkan dalam beberapa bulan terakhir untuk memungkinkan lebih banyak bisnis beroperasi.
Pemerintah berusaha untuk menghidupkan kembali ekonomi yang hancur dan diperkirakan akan menyusut sebesar 9,5 persen tahun ini.
Pembatasan wilayah selama pandemi Covid-19 telah melumpuhkan ekonomi dan membuat banyak orang kehilangan pekerjaan.
Baca juga: Roslinda, Wakil Anak Indonesia Suarakan Dampak Covid-19 di Pertemuan Online PBB
Badan amal berjuang untuk memenuhi permintaan makanan yang terus meningkat karena jutaan keluarga kelaparan di seluruh negeri.
Daniel Auminto adalah salah satu masyarakat yang kehilangan pekerjaannya dan kemudian rumahnya ketika pandemi virus Covid-19 membuat Filipina terkunci.
Sekarang dia dan keluarganya hidup di jalanan, mengandalkan bantuan makanan untuk bertahan hidup.
"Saya belum pernah melihat kelaparan pada tingkat ini sebelumnya," kata Jomar Fleras, direktur eksekutif Rise Against Hunger di Filipina, yang bekerja dengan lebih dari 40 mitra untuk memberi makan orang miskin.
"Jika Anda pergi ke sana, semua orang akan memberitahu Anda bahwa mereka lebih takut mati karena kelaparan daripada mati karena Covid-19. Mereka tidak peduli lagi tentang Covid-19 sekarang."
Bagi kelompok miskin di negara itu, pandemi hanyalah tantangan lain dalam hidup mereka dan bahkan bukan yang paling serius.
Auminto, 41, menghabiskan bertahun-tahun tidur di jalanan dan mencari nafkah dengan menjual sampah untuk didaur ulang.
Peruntungannya berubah pada 2019 ketika dia menemukan pekerjaan yang stabil sebagai tukang bangunan.
Baca juga: Organisasi dan Perusahaan Dunia yang Berkontribusi Menangani Dampak Covid-19