优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Terus Cekcok dengan China, Mungkinkah Taiwan Butuh Senjata Nuklir?

优游国际.com - 19/10/2020, 14:29 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber

KOMPAS.com – Hubungan antara China dan Taiwan semakin menegang akhir-akhir ini.
China menganggap Taiwan adalah wilayahnya sedangkan Taiwan menyatakan bahwa negaranya adalah negara yang merdeka.

Pada Jumat (16/10/2020) Kepala Departemen Staf Gabungan dan anggota Komisi Militer Pusat, Li Zuocheng, dengan tegas akan menghancurkan plot atau tindakan separatis.

"Kami tidak berjanji untuk meninggalkan penggunaan kekuatan, dan memiliki pilihan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan, untuk menstabilkan dan mengendalikan situasi di Selat Taiwan,” tambah Li.

Apa yang dilihat Li sebagai "plot atau tindakan separatis" mungkin dianggap orang Taiwan sebagai kedaulatan rakyat dan pelaksanaan demokrasi.

Bagaimanapun, orang Taiwan, baik yang asli pulau maupun yang merupakan imigran baru, memiliki narasi yang sangat berbeda yang lebih berakar pada sejarah.

Mereka menyadari bahwa meskipun para pejabat China telah lama mengklaim Taiwan bagian tak terpisahkan dari China, Taiwan telah berbeda dan memiliki entitasnya sendiri.

Baca juga: AS Desak Taiwan Tingkatkan Strategi Pertahanan Anti-Akses untuk Cegah Invasi China

Setiap pengunjung ke Taiwan dapat mengamati ini begitu mereka meninggalkan bandara sebagaimana dilansir dari The National Interest, Senin (19/10/2020).

Pihak berwenang di Taiwan tidak bisa menganggap enteng ancaman China.

Kritik yang dilontarkan negara-negara Barat terhadap agresifitas China hanya membuat Beijing semakin berani.

Dan sementara Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) akan terus melintasi Laut Cina Selatan, Pentagon sama sekali tidak siap untuk mengambil risiko perang dengan China.

Dengan otoritas komunis di China secara terbuka, mungkin sudah waktunya bagi AS dan Taiwan untuk menunjukkan bahaya Beijing dengan mengizinkan Taiwan memiliki senjata nuklir.

Baca juga: Dituduh Kirim Mata-mata, Taiwan: Ini Jebakan Baru China

Pemerintahan Presiden AS Bill Clinton mempopulerkan istilah "rezim nakal" sebagai negara yang mempromosikan terorisme atau bertindak agresif terhadap tetangganya.

Tetapi bagi ilmuwan politik, asal usul konsep tersebut berbeda.

Pada 1977, misalnya, ilmuwan politik Richard K Betts menulis tentang ambisi nuklir di antara negara paranoid, kerdil, dan paria.

Dia mendefinisikan Israel dan Taiwan sebagai negara paria karena negara tetangga dan regional menimbulkan tantangan eksistensial terhadap status nasional mereka.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Terkini Lainnya

Trump Klaim Sedang Negosiasi Dagang dengan China, Beijing Membantah

Trump Klaim Sedang Negosiasi Dagang dengan China, Beijing Membantah

Global
Tentara AS Jual Dokumen Rahasia Negara ke China, Kini Dipenjara 7 Tahun

Tentara AS Jual Dokumen Rahasia Negara ke China, Kini Dipenjara 7 Tahun

Global
Trump Kecam China karena Batalkan Pembelian Pesawat Boeing

Trump Kecam China karena Batalkan Pembelian Pesawat Boeing

Global
Trump Jual Merchandise yang Isyaratkan Pencalonannya di Pemilu 2028

Trump Jual Merchandise yang Isyaratkan Pencalonannya di Pemilu 2028

Global
[POPULER GLOBAL] Rusia Serang Kyiv | Kandidat Paus dari Asia Tenggara

[POPULER GLOBAL] Rusia Serang Kyiv | Kandidat Paus dari Asia Tenggara

Global

Internasional
Serangan Israel di Gaza Makin Intens, 36 Tewas Termasuk 6 Orang Sekeluarga

Serangan Israel di Gaza Makin Intens, 36 Tewas Termasuk 6 Orang Sekeluarga

Global

Internasional

Internasional

Internasional

Internasional

Internasional
Alasan Kenapa Kashmir Menjadi Rebutan India-Pakistan

Alasan Kenapa Kashmir Menjadi Rebutan India-Pakistan

Global

Internasional

Internasional
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau