KOMPAS.com - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menegaskan siap memperbaiki sistem dan pendekatan pembelajaran untuk mencegah budaya menyontek pada pelajar.
Hal itu diungkapkan Mu'ti terkait adanya Survei Penilaian Integritas (SPI) yang masih banyaknya pelajar di sekolah dan juga di kampus yang menyontek.
"Terkait dengan masih tingginya angka menyontek itu atau kebiasaan menyontek, kami akan berusaha memperbaiki sistem dan pendekatan pembelajaran, dan juga orientasi pendidikan," kata Mu'ti dikutip dari Antara, Kamis (24/4/2025).
Baca juga: 5 Cara agar Siswa Tidak Menyontek AI, Guru Bisa Terapkan
Mu'ti menjelaskan, pihaknya siap mengubah orientasi pendidikan agar tidak hanya menekankan pada aspek pencapaian nilai dan skor tetapi menekankan pada penguatan pendidikan nilai dan karakter.
Kemendikdasmen, kata Mu'ti, juga sudah mulai menerapkan perubahan orientasi pendidikan tersebut dalam pelatihan guru.
Serta sudah menitikberatkan pada cara menguatkan pendidikan nilai dan juga bimbingan konseling bagi para murid.
"Ini yang sudah mulai kami terapkan di dalam pelatihan guru, sudah mulai kami masukkan aspek penguatan pendidikan nilai dan juga bimbingan konseling bagi para murid," ujarnya.
Salah satu perbaikan sistem dan pendekatan pembelajaran yang akan dimulai adalah penerapan pendekatan pembelajaran mendalam atau deep learning pada tahun ajaran 2025/2026.
Menurut Mu'ti, pendekatan deep learning akan menekankan pada proses penemuan makna (meaning) dalam setiap materi pelajaran siswa.
Baca juga: Guru Sedekah Nilai Rapor, Pengamat: Ini Bentuk Korupsi Pendidikan, Harus Dibenahi
Mengingat yang dipelajari siswa sehingga pada gilirannya dapat menjadi perilaku (behaving) atau melakukan apa yang dipelajari.
“Karena itu, Kemendikdasmen berusaha untuk memperbaiki bagaimana agar pembelajaran tidak sekedar menjadi proses transfer of knowledge yang menekankan pada aspek knowing," jelas Mu'ti.
Sebelumnya diberitakan, kasus mencontek masih ditemukan di hampir seluruh kampus dan sebagian besar sekolah.
"78 persen sekolah dan 98 persen kampus masih ditemukan kasus mencontek," kata Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK Wawan Wardiana dalam acara peluncuran SPI Pendidikan di Gedung C1 KPK, Jakarta, Kamis (24/4/2025).
Selain itu, hasil survei juga menunjukkan bahwa kasus plagiarisme masih terjadi di perguruan tinggi, yaitu sebanyak 43 persen.
"Kasus plagiarisme masih ditemukan pada guru/dosen di satuan pendidikan yaitu kampus (43 persen), sekolah (6 persen)," ujar Wawan.
Baca juga: Gagal Seleksi Bakat Skolastik, Pendaftar LPDP Tahap 1 Bisa Daftar Beasiswa S2 ke Tiongkok
Dalam survei yang sama, KPK menemukan ketidakdisiplinan akademik bagi guru/dosen.
Hasil survei menunjukkan bahwa 69 persen siswa mengatakan masih ada guru yang terlambat hadir ke sekolah, dan 96 persen mahasiswa menyatakan masih ada dosen yang terlambat ke kampus.
"Bahkan di 96 persen kampus dan 64 persen sekolah masih ada dosen/guru yang tidak hadir tanpa alasan yang jelas," kata Wawan.
Secara keseluruhan, skor SPI Pendidikan 2024 berada di angka 69,50.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.