DALAM jangka lima tahun terakhir, sekolah dan kuliah disibukkan dengan program yang sepertinya revolusioner, disebut Merdeka Belajar, Kurikulum Merdeka, dan Kampus Merdeka.
Apakah kata merdeka di situ betul memerdekakan siswa, guru, dan sekolah?
Konsep Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka agaknya kedengaran memerdekakan, atau membebaskan, seperti konsep teologi pembebasan atau teori kritis. Namun, sama sekali berbeda secara landasan filosofis dan praktiknya tidak sama.
Konsep Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka kurang berkait dengan cara berpikir merdeka, sikap mental terbebaskan, atau pembebasan diri atau kemerdekaan berpikir.
Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka adalah respons pendidikan yang dikaitkan dengan pasar kerja dan kebutuhan pasar ekonomi nasional dan global.
Teologi pembebasan dan teori kritis adalah sikap mental, pola pikir, dan respons terhadap dunia yang semakin kapitalis. Dari situ, muncullah respons kritis atas komersialisasi, ketimpangan ekonomi dengan dasar rasa keadilan.
Sedangkan Kurikulum Merdeka dan Merdeka Belajar adalah bentuk kompromi dan akomodasi, atau berusaha menjadi bagian dari pasar ekonomi dan kapitalisme global. Istilah-istilah itu justru tidak berkait dengan pembebasan diri dan pola pikir.
Dalam Kurikulum Merdeka, Merdeka Belajar, dan Kampus Merdeka justru para siswa dan mahasiswa diharapkan mengaitkan pelajaran atau matakuliah di kelas dengan dunia kerja.
Pasar ekonomi dalam kapitalisme global menjadi pertimbangan utama dalam Merdeka Belajar dan semacamnya. Para anak didik diharapkan dan disiapkan untuk segera mendapatkan pekerjaan secara cepat setelah lulus.
Merdeka Belajar artinya mungkin kemerdekaan secara ekonomi dalam konteks pasar kapitalisme global, paling tidak landasan pola filosofisnya seperti itu.
Memang konsep dan praktik Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, dan Kurikulum Merdeka untuk mengejar kesempatan kerja. Masa depan diartikan sebagai masa depan ekonomi dan tuntutan pasar ekonomi, baik lokal, nasional, ataupun global.
Walhasil, para siswa dan mahasiswa diprogramkan untuk magang di perusahaan atau tempat kerja, dan itu sudah dihitung sebagai matakuliah.
Sesungguhnya beberapa program magang di perusahaan atau Kuliah Kerja Nyata (KKN) sudah ada sebelumnya. Namun belum dinamai Merdeka Belajar.
Banyak kampus yang sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan atau kantor-kantor pemerintah untuk praktik, magang, dan mencoba pengalaman dunia kerja dan kantoran bagi para anak didik.
Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka memberi legitimasi formal agar semua itu dimasukkan dalam rancangan matakuliah atau pelajaran.