Oleh: Diannita Ayu Kurniasih | Kepala SDN 1 Kebumen, Kendal, Jawa Tengah dan Fasilitator Program Pintar Tanoto Foundation
KOMPAS.com - Melalui peluncuran Kurikulum Merdeka, pandangan terhadap supervisi perlu diubah. Guru dan kepala sekolah perlu menyamakan persepsi bahwa supervisi bukan hanya tindakan korektif terhadap pembelajaran.
Supervisi justru dapat digunakan sebagai kegiatan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Dalam hal ini, kepala sekolah merupakan pengelola utama dalam lingkup sekolah. Pengelolaan tersebut meliputi pengelolaan kepribadian, sosial, manajerial, kewirausahaan, dan supervisi.
Melalui pengelolaan yang tepat, dapat dipastikan sekolah dapat mencapai target mutu yang diharapkan.
Salah satu pengelolaan berdampak langsung terhadap pembelajaran adalah pengelolaan supervisi, terutama supervisi akademik. Supervisi akademik merupakan tindakan bertujuan membantu guru dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, sampai tindak lanjut penilaian.
Selama ini, pelaksanaan supervisi akademik masih bersifat searah. Kepala sekolah dan guru hanya melakukan kegiatan supervisi sesuai dengan yang direncanakan dan ditargetkan oleh kepala sekolah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan supervisi juga masih banyak dilakukan hanya untuk pemenuhan persyaratan administratif kepala sekolah maupun guru.
Pada kurikulum merdeka, refleksi adalah hal yang tidak boleh ditinggalkan, baik oleh siswa, guru, maupun kepala sekolah. Berdasarkan refleksi ini, sekolah dapat merancang program, pelaksanaan, serta tindak lanjut supervisi.
Baca juga: 3 Pesan Najelaa Shihab ke Mahasiswa Kampus Merdeka
Untuk itu, instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi pun dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Tidak adanya lagi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara kuantitatif mengharuskan guru menyusun standar pencapaian keberhasilan pembelajaran.
Melalui standar tersebut, guru dapat merancang sendiri instrumen supervisi agar sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan. Perancangan ini tentu saja disesuaikan dengan standar proses.
Namun, poin-poin rinci yang terdapat di dalamnya perlu dikomunikasikan dengan kepala sekolah. Hal ini untuk menghindari miskonsepsi dan miskomunikasi mengenai ketercapaian target pembelajaran.
Guru yang menggunakan model pembelajarn berbasis proyek tentu saja memiliki standar yang berbeda dengan guru yang menggunakan model pembelajaran penemuan.
Hasil supervisi biasanya digunakan hanya untuk memberikan penilaian. Melalui kurikulum merdeka, hasil tersebut juga harus dapat digunakan sebagai alat konstruksi untuk melakukan perbaikan pembelajaran.
Secara sederhana, supervisi ini dapat juga dijadikan sebagai bahan refleksi guru dan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan di kelas maupun di sekolah.
Kurikulum Merdeka juga mengenalkan penggunaan platform Merdeka Mengajar. Meski penggunaan platform ini lebih ditujukan untuk guru, namun akan lebih baik jika kepala sekolah juga tidak menutup mata mengenai penggunaannya.
Hal ini karena nantinya pelaksanaan supervisi tidak hanya mengenai bagaimana guru merancang sampai melakukan penilaian, namun juga bagaimana keaktifan guru dalam meng-upgrade diri dalam bidang IT melalui penggunaan platform Merdeka Mengajar.
Baca juga: Siapkan SDM Andal, Lazada Luluskan 80 Peserta Magang Kampus Merdeka
Peluncuran Kurikulum Merdeka lebih memberikan kesempatan kepada guru dan kepala sekolah untuk lebih kreatif dalam mengembangkan instrumen supervisi.
Selain itu, hasil supervisi juga dapat digunakan sebagai bahan konstruktif untuk pembelajaran yang berpihak pada murid menuju profil pelajar Pancasila.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.