KOMPAS.com - Ikan laut dalam oarfish menjadi perbincangan di media sosial Twitter. Sebab, beredar narasi yang mengaitkan kemunculannya sebagai pertanda bencana alam.
Perbincangan tentang oarfish bermula dari yang dikirim ke akun menfess @tanyarlfes pada Rabu (26/7/2023).
"tanyarl. merinding guys aku search juga emang bener katanya kalo ikan ini naik bakalan ada sesuatu. btw ini di laut Taiwan ya," demikian pesan yang ditulis pengirim menfess.
Pesan itu disertai tangkapan layar video TikTok, serta komentar dari sebuah akun yang mengatakan kemunculan oarfish ke permukaan adalah pertanda bencana alam.
"IKAN OARFISH ITU HIDUPNYA DIKEDALAMAN 1KM DIBAWAH LAUT KLO DIA NAIK KE PERMUKAAN BERARTI PERTANDA AKAN BENCANA ALAM SOALNA DIA JARANG NAIK KE PRMUKAAN," demikian isi komentar tersebut.
Dilansir , baru-baru ini beredar video yang memperlihatkan sekelompok penyelam bertemu dengan oarfish raksasa di perairan Taiwan.
Video penampakan oarfish raksasa itu dipublikasikan instruktur selam Wang Cheng-Ru pada Juni 2023.
Tampak sekelompok penyelam menemukan oarfish di perairan dangkal yang berada di lepas pantai Distrik Ruifang di sudut timur laut Taiwan.
Penampakan itu termasuk langka karena oarfish raksasa jarang ditemukan. Mereka biasanya ditemukan di kedalaman 60-300 meter.
Meskipun penampakan oarfish hidup jarang terjadi, mereka yang melihatnya tidak perlu terlalu khawatir. Oarfish tidak memiliki gigi dan memakan plankton melalui insang.
Kepercayaan bahwa penampakan oarfish adalah pertanda bencana berasal dari cerita rakyat Jepang. Ikan itu disebut "Ryugu no Tsukai" yang berarti "Utusan dari Istana Dewa Laut".
Legenda mengatakan, ikan itu dikirim dari Istana Dewa Laut ke permukaan untuk memperingatkan orang akan datangnya gempa bumi.
Pada 2009 dan 2010, belasan oarfish terdampar di pesisir Jepang. Sebagian orang mengaitkan penampakan tersebut dengan gempa Tohoku dan bencana nuklir Fukushima pada 2011.
Namun, para ilmuwan percaya bahwa bencana tersebut tidak terkait dengan oarfish.
"Tidak ada bukti ilmiah tentang hubungannya, jadi saya rasa orang tidak perlu khawatir," kata Hiroyuki Motomura, profesor ichthyology di Universitas Kagoshima, kepada New York Post.